Recent Posts

Minggu, 30 Desember 2012

Posted by Unknown On 04.22 0 komentar

Menyemai Kultur Good Goverment Lewat Pendidikan


Cita-cita pendidikan adalah mewujudkan manusia menjadi beradab dan berbudi luhur, manusia yang berperasaan dalam dan menghargai hakikat manusia lainnya sebagai sesama yang harus dicintai. Lebih dari itu, pendidikan adalah proses awal dalam usaha menumbuhkan kesadaran sosial pada setiap manusia sebagai pelaku sejarah. Kesadaran sosial hanya akan bisa tercapai apabila seseorang telah berhasil membaca realitas perantaraan dunia di sekitar mereka. Sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran sosial, maka perlu adanya perangkat analisis yang bersumber dari kebebasan berfikir dari masing-masing individu, yang pada akhirnya memberikan daya nalar yang kritis terhadap perkembangan sosial yang ada.
            Secara prinsipil untuk membangun budaya yang baik dalam pemerintahan, perlu dikembangkan pokok-pokok dasar dalam pendidikan. Pertama, prinsip cinta kasih sebagai basis dari dialog. Kedua, kerendahan hati. Dalam suasana dialog, tidak ada tempat untuk arogansi, merasa berhak menggurui, merasa diri elit dan lebih dari komunitas yang ada, unggul dalam kebersamaan orang. Ketiga, percaya kepada sesama manusia. Keempat, menanamkan jiwa keteladanan. Kelima, mengembangkan prinsip kejujuran. Kelima hal inilah yang sedikit banyaknya bisa berpengaruh terhadap penataan sebuah sistem dan struktur masyarakat yang baik yang bertumpu pada moralitas. 
            Model pendidikan yang mengarah pada moralitas dan etika, disamping efektif untuk kemandirian berfikir juga sangat potensial dalam membangun sikap diri yang penuh keteladanan dan pencerahan akal bagi masyarakat. Dampak secara luas dari model pendidikan yang bertumpu pada ahlakul karimah  ini akan menumbuhkan Learning society (masyarakat belajar) dan educational society (masyarkat terdidik, baik secara jasmani maupun rohani). Learning society adalah model masyarakat yang selalu siap belajar untuk menjawab kebutuhan sendiri. Mereka tidak terlalu tergantung oleh fasilitas atau ruang yang diberikan oleh negara.
            Dalam pendidikan hendaknya yang lebih ditekankan adalah transformasi perilaku, transformasi etika, transformasi moralitas, bukan transformasi gaya berfikir. Dengan demikian konsep pendidikan sesungguhnya mempunyai ruang lingkup yang lebih luas ketimbang sekedar pengajaran. Karena ada kecenderungan yang memprihatinkan dewasa ini, dimana sistem pendidikan kita semakin lama semakin menjauhi subtansi tujuan pendidikan itu sendiri. Lembaga pendidikan memang marak ada dimana-mana, namun mereka jarang membawa misi pendidikan yang sebenarnya. Padahal landasan dasar yang harus dikembangkan dalam dunia pendidikan adalah menanamkan nilai-nilai etika dan moral terhadap anak didik, sehingga ketika mereka sudah menjadi bagian masyarakat yang mandiri akan mampu mengembangkan potensi-potensi positif mereka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena sebuah tata pemerintahan yang baik dimulai dari masyarakat yang terdidik secara jasmani maupun rohani.
            Dengan demikian, untuk membangun sebuah sistem dan tata pemerintahan yang baik, harus dimulai dari masyarakat terpelajar dan terdidik serta mengedepankan nilai-nilai moralitas. Karena tanpa bertumpu pada paradigma kritis-transformatif dan mengabaikan nilai-nilai moralitas tersebut, mustahil sebuah pemerintahan yang bersih (tidak korup) akan terwujud. Di sinilah peran masyarakat terdidik menjadi sangat signifikan dalam mengusung transformasi sosial di dalam ikut serta menata sistem pemerintahan yang baik, bermartabat dan berwibawa. Dan untuk menciptakan masyarakat-masyarakat terdidik dan terpelajar, peran lembaga-lembaga pendidikan –baik formal maupun non formal- menjadi elan vital bagi terwujudnya masyarakat mandiri, disiplin dan berwibawa di mata bangsa lain.   

Posted by Unknown On 04.18 0 komentar

Desentralisasi Kurikulum dan Otonomi Pendidikan


       Menurut ahli pendidikan, kurikulum lebih dari sekadar text-book, lebih dari subject-matter, lebih dari rangkaian pelajaran, bahkan lebih dari sekadar pelajaran kursus. Kata Brown, kurikulum merupakan situasi kelompok yang tersedia bagi guru dan pengurus sekolah (administrator) untuk membuat tingkah laku yang berubah dalam arus yang tidak putus-putusnya dari anak-anak dan pemuda melalui pintu sekolah. Kurikulum berarti situasi dan kondisi yang ada dalam proses belajar untuk mengubah sikap anak. Dari definisi ini berarti bahwa situasi itu diarahkan atau dipimpin pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Termasuk di dalam kurikulum adalah subject-matter, metode, organisasi sekolah dan organisasi kelas, serta pengukuran proses belajar.
            Kata Brown lagi, ada tiga prinsip sosiologis dalam memandang kurikulum secara keseluruhan, yakni:
  1. Perubahan kurikulum bersifat gradual, mencerminkan nilai-nilai dasar-kultural dari sebuah masyarakat, dan pada saat yang sama menunjukkan pekerjaan yang efektif dalam pengarahan nilai-nilai yang paling tinggi.
  2. Kurikulum di sekolah berfungsi dalam hubungan dengan orang dewasa, dan serempak dengan itu, disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
  3. Kurikulum pasti terus menerus berubah menuju suatu bentuk yang efektif dari tujuan sosial yang telah ditentukan.
Kurikulum haruslah bersifat fleksibel dan elastis, sehingga terbuka kesempatan untuk memberikan bahan pelajaran yang penting dan perlu bagi anak didik di tempat tertentu. Elastisitas kurikulum ini tentu saja disesuaikan dengan perubahan sosial yang terjadi. Tujuan spesifik dari kurikulum adalah menumbuhkan rasa toleransi, kesanggupan untuk berpikir sederhana, dan mengikis prasangka dalam memberikan pertimbangan nilai (value judgments). Juga, untuk membantu mencapai kematangan pribadi anak-anak; membantu murid-murid supaya berhasil menyesuaikan diri dengan masyarakat sekolahnya; membantu anak-anak didik agar menyadari kepentingan masyarakat dan menghayati masyarakatnya sendiri; mengembangkan kemampuan intelektual anak didik sehingga bisa memahami kompleksitas lingkungan sosial dan peradabannya; serta menanamkan nilai, sikap, dan kemampuan untuk belajar.
            Selama penguasa Orde Baru, hingga kini penulis kira, kurikulum pendidikan yang ada di Indonesia lebih banyak didominasi oleh keputusan dari atas ke bawah (top down). Kita lihat, sikap penguasa yang ingin menanamkan ideologinya melalui institusi pendidikan dengan dalih stabilitas keamanan. Inilah yang kita sebut bahwa sentralisasi pendidikan telah melahirkan berbagai tindakan yang tidak demokratis. Karena itulah, pengembangan dan perubahan kurikulum yang sudah tidak aspiratif dan tidak akomodatif sangat perlu dewasa ini.
            Wacana desentralisasi kurikulum bukan hal baru, dan sudah lama diperdebatkan sebagai respons atas kegagalan sentralisasi kurikulum. Ini merupakan realisasi otonomi pendidikan di Indonesia. Pengembangan kurikulum berdasarkan semangat desentralisasi ini diharapkan akan semakin menyegarkan angin demokrasi negara ini.
            Mengutip contoh Ivan A. Hadar dalam tulisannya, "Pendidikan untuk Perdamaian" (Kompas, 26/01/04), perubahan kurikulum selain memberi penekanan pada penguatan daya nalar dan analisis, idealnya mempromosikan toleransi, demokrasi, dan penghargaan terhadap HAM. Bagi Indonesia yang banyak dilanda konflik, pemuatan nilai-nilai itu dalam kurikulum pendidikan bagi generasi muda adalah sebuah kebutuhan dasar. Maksudnya adalah kurikulum berbasis perdamaian.
            Memang mulai tahun 2004, semua institusi pendidikan formal di Indonesia harus sudah menerapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) untuk menggantikan kurikulum 1994 yang sudah usang. Dasar pemikiran yang dipakai untuk mengganti kurikulum adalah untuk menyesuaikan dengan perubahan dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara serta perkembangan ilmu dan teknologi agar lembaga pendidikan mampu menyiapkan peserta didik supaya mampu bersaing menghadapi tantangan hidup yang kompleks. Maksudnya, kompetensi dan keahlian bertahan hidup dalam menghadapi berbagai perubahan.
            Memang, kita telah mengalami beberapa kali pergantian kurikulum. Tahun 1968 diganti kurikulum 1975, lalu kurikulum CBSA, dan digantikan oleh kurikulum 1994 serta diganti lagi dengan KBK, selanjutnya lagi akan diganti dengan kurikulum lain. Namun sayangnya, dari pergantian tersebut, tidak dijelaskan evaluasi terhadap tiap-tiap kurikulum itu, sehingga kita melihatnya sebagai suatu kebijakan yang terasa nuansa politisnya.
            Betapapun demikian, kita harus meletakkan semangat dasarnya, bahwa desentralisasi kurikulum memiliki makna signifikan bagi pengembangan demokrasi. Hanya saja, arah perencanaan perubahan kurikulum itu harus ditata sebaik mungkin untuk menghindari agar kebijakan ini tidak hanya merupakan selera penguasa yang akan berubah manakala ia sudah turun takhta. Jadi, perubahan ini harus menyentuh aspek jangka panjangnya.

Sabtu, 13 Oktober 2012

Posted by Unknown On 07.15 1 komentar

Surya yang hilang di malam seribu bulan


Sunyi….
Gundah….
Yach rasa yang itu yang ada pada jiwaQ sekarang, malam begitu dingin seolah-olah udara tak memihak, gemericik air yang jatuh dari arah lain membuatQ hanyut…. Dimana letak nada itu…?
                (tet….tet…) bunyi bel bertanda akan dimulainya kegiatan : ayo tahajud… tahajud….tahajud… “seru pengurus seraya membangunkan santri” di dalam heningnya malam kumerasa ada yang hilang… seraya hampa… “ada apa sebenarnya yang terjadi?....”
“alangkah menakutkan keadaanQ ketika dzat yang maha bijaksana menjalankan keadilannya Q biasa memusuhi tuhanQ dengan mendurhakainya. Padahal tiada yang mengasihiku tanpa seizinnya – ya tuhanQ. Semoga engkau berkenana memberi ampun kepada Q yang berdosa, yang selalu melampaui batas. Namun sekarang te;ah menyesal.
Ketika malam tiba, ratapan tangis tak tertahan karena tumpuhan dosa…
“maafkan Q ya Allah”
Q masih merasa gusar apa benar yang dikatakan oleh syaikhina bahwa hati yang sering gundah…. Hampa adalah faktor dari banyaknya dosa…. Masya Allah…. Apa itu benar tapi rasa ini tak seperti biasanya aku fana… jeh aku dach capek dengan semua ini….
Setelah lama Q termenung tiba-tiba Q tertidur, didalam tidurQ aku berjumpadengan sesosok wanita yang Q rindukan….. yach… dia adalah ibuQ, ku melihat dia tersenyum padaQ tanpa ada kata ataupen suara, inginQ ungkap bahwa Q sangat rindukannya… ibu… Q merasa tak mamapu, sudah hampir 3 bulan aku ada di pesantren, tak pernah bersuara dengan moe ibu…. Ibu aku merindukanmoe….
“Vira…. tidur ayo bangun sholat shubuh” gumam temanQ, akupun kaget, ternyata aku hanya bermimpi…. Ibu… ada apa ya….??? Aku pun tak begitu menghiraukannya semuanya ku rasa tak da apa-apa, semua pasti baik-baik saja. Vira..vira.. ada sesuatu nich, perselan buat kamu dari keluarga di Maluku, “oh yach makasiiustadzah” ucap vira dengan nada sedikit kaget.
“untuk vira anak Q…
Kuatkanlah dirimu, untuk sanggup menerima berbagai macam cobaan dengan hati sabar dikala menghadapi setiap kegetiran, tangkal segala kegetiran itu dengan hati yang penuh kesabaran, jagalah lisanmu, pejamkan mata sembunyikan rahasia, sunggingkan senyum dibibirmu setiap hari masa menderahmu sedang malam kau tumpahkan rindu menghadap tuhan tanpa ada yang tahu, ambillah kesempatan malam jadikan iya jalan lapang buat hari esok raih kemuliyaaan pada saat yang lain kesulitan mencari jalan, berjuanglah….!”
Ibumu
Tak terbendung rasa yang kian mendera,,air mata bercucuran indah….Q sebut dan Q junjung serta tuhan pencipta langit dan bumi….ya robb,,, akue sudah lama melupakanmu, aku teringat pesan-pesan ibu “mencari berkah di malam lailatul qodar” dan aku sudah berniat uentuk mencari sesuatu yang baru di Ramadhan tahun ini, pulang nanti Q beritahu ibu bahwa aq mendapatkan sesuatu yang akan buat ibu bangga pada Q “gusarQ dalam hayal” setiap detik aQ bermunajat kepada Allah “Subhallah wal ahmdulillah….. untuk keselamatan keluarga Q yang ada dikejauhan” ayah ibu Q khususnya Qberharap q akan membahagiakan mereka” Ya Allah limpahkan lah segala kebaikan kepada ayah dan ibu Q… di sana.
Tak terasa air mata ini menetes sangat deras dan selalu terbayang wajah ayah dan ibu Q…
Ayah…ibu… aq ingin pulang…
“vira kamu tidak apa” tanya pengurus kepada Q ?....
“vira… viraa… kamu ditunggu ustadzah yuki ditempat pemanggilan sekaran… kaget… penasaran itu yang Q rasa… ada apa yach….?
“vira, kamu yang namanya vira, vira siap-siaplah habis ini keluargamu mau menjemput kamu dan sekarang bereskan semua barang-barang kamu, jangan buat keluargamu menunggu…! Semakin penesaran..
Emang ada apa ustadzah ??? ”tanyaQ” ndak tau vir, mending kamu ke kamar dan bereskan semua barang-barangmu…..!
Setelah lama menunggu ahirnya ku lihat dari ujung pintu ternyata paman Q dari tuban yang menggambil Q dan q segerahkan bertanya pada paman….”engg ada apa malam-malam kok pulang…. Ada apa paman ?”
“vira sudalah nanti kamu juga tahu sendiri tenanglah….! Aku pun mencoba untuk tenang. Setelah sampai di Bandara aku merasa melihat bayangan sesosok orang yang sangat aku rindukan…
How… ada apa dengan Q……? seharusnya aku senang karena bisa pulang sebelum waktu liburan tapi mengapa air mata ini selalu menetes dan serasa tak bisa terbendung……
“paman tak ada apa-apa kan? “Tanya Q”
“vir tenanglah ! “jawab paman dengan begitu santainya” dan itupun menguatkan pikiran Q bahwa ndak ada sesuatu yang tejadi….
“Alhamdulillahnahirnya sampai juga di kampung halaman “ujar Q”
“stop…stop…stop… paman emang ada acara di rumah, mengapa begithu banyak orang,,, Paman  mau ngasih vira suprice yach…??
Tampak jelas pintu rumah berwarna coklat tua dan diujung kamarku liat sesosok orang yang terbaring disana… “siapa itu paman”…?? Secara lemas…. Siapa paman ? ….paman terdiam….. setiap jengkal kaki melangkah … rasa gusar…. Penesaran…. Semuanya campur aduk menjadi satu.. dan yang ku lihat ternyata semakin jelas…. Yach dia adalah “ibu…” tanpa berfikir panjang aku berlari bertatih-tatih ingin segera memeluk jasad ibu.. ibu.. ibu.. mengapa secepat ini Allah mengambilmu ibu….
Ramadhan ini adalah ramadhan yang sangat bersejarah, saat yang aku impikan untuk mendaptkan malam lailatul qodar bukan impian yang Q peroleh bahkan melainkan Q harus merelakan orang yang sangat ku cintai untuk pergi selama-lamanya…….. semoga ini adalah yang terbaik dan semua pasti ada hikmahnya.
Para pencari dan penuntut cita-cita…
Telah berhasil meraih apa yang dicita-citakan para kekasih telah menemukan kekasih yang dicintainya. Tinggal aku, terombang-ambing kebingungan, diterpa tapal batas antara sampai dan belum aku berharp terus merapat dan belum aku berharap terus merapat dengan dekat kepada Allah dengan perantara perkara yang menjauhkan diriku darinya. Ini salah satu keadaan yang mustahil ya robb… berilah aku seteguk minuman darimu…. Yang dapat melenyapkan kebinggungan dan lentera petunjuk yang benar wahai dzat yang mengobati penyakit, wahai dzat yang menyembunyikan lika… wahai dzat yang menyelamatkanQ…dari berbagai musibah dan bahaya…
Semalam suntukmata terjag
Adalah kesia-siaan belaka
Jika bukan karnanya
Derai tangis air mata
Yang ­­­­­­­­­ bukan  karnanya
Jua kesia-siaan tak bermakna
ربنا تقبل منا انك انت السمع العلىم



Posted by Unknown On 07.12 0 komentar

STOP NERVOUS ! Wahai mahasiswa Fakultas Tarbiyah



Pernahkah kalian merasakan NERVOUS wahai mahasiswa/I fakultas tarbiyah?
Padahal sebagai calon pendidik harus mempunyai jiwa berani untuk memaparkan segala materi … ehm… eh…
Mengapa seperti itu ?
Tidak usah malu wahai mahasiswa/i …! Menurut para pakar, setiap orang mempunyai perasaan malu. Padahal perasaan nervous merupakan sebuah kronis yang bisa menghambat pertumbuhan kepribadian. Namun tidak ada yang bisa menolong anda untuk terbebas dari perasaan malu (nervous) kecuali diri anda sendiri.
Memang perasaan nervous ini berasal dari diri anda sendiri dan yang bisa menolong hanyalah diri anda sendiri. Yakinlah pada diri anda bahwa anda berharga.
Anda mempunyai 1.000 ataupun lebih potensi yang terpendam, yang mana potensi tersebut bersembunyi di dalam nervous itu. Oleh sebab itu tanamkanlah keyakinan pada diri anda untuk meraih yang terbaik dalam hidup anda.
Kebanyakan perasaan nervous ini terpapar pada mahasiswa/i tarbiyah Inkafa. Mereka lebih cenderung malu apabila hendak mengemukakan pendapat ataupun saat mempraktekkan suatu pelajaran, mereka lebih cenderung EGP dalam suatu hal. Untuk itu kami dari redaksi membuat rubrik Deteksi dalam buletin kita (Murobbi).
Kami sedikit memaparkan hasil penelitian terkait dengan perasaan malu (nervous) mahasiswa/i Fakultas Tarbiyah.
Mahasiswa/i Tarbiyah Inkafa lebih condong pada perasaan malu dengan alasan takut akan salah dan tidak mempunyai mental untuk mengutarakannya. Dan ada juga yang mengatakan belum bisa bersuara.
Kemudian apa solusi yang tepat untuk mengatasi hal tersebut ?
Keluarlah dari tempat persembunyian, tidak perlu lagi mengucilkan diri, tidak perlu ditakuti…
Buktikan jati diri anda…!
Semoga dengan adanya deteksi ini dapat membuat kita semangat berkobar dalam menemukan jati diri kita dengan membuang jauh-jauh perasaan nervous yang ada dalam diri kita sehingga kita dapat meraih bintang meskipun sang awan menghalangi kita…

Posted by Unknown On 07.09 0 komentar

Kesenjangan dalam Pendidikan Anak Indonesia



Kita pernah melihat di televisi, anak-anak di daerah-daerah yang jauh dari pusat ibukota bersekolah di bangunan yang sudah tidak layak lagi. Atap-atap bangunannya bolong, dinding-dindingnya bobrok, lantainya masih beralaskan tanah… Belum lagi ketika hujan turun, ruangan kelas mereka kebocoran. Bayangkan, dengan kondisi yang seperti itu apakah anak-anak dapat menjadi lebih bersemangat untuk belajar?

Belum lagi, fasilitas yang sangat kurang dengan jumlah meja dan kursi yang tidak sebanding dengan jumlah murid-muridnya dan tidak adanya perpustakaan sebagai penunjang belajar mereka, distribusi buku pelajaran yang tidak merata, dan juga kualitas guru yang tidak memenuhi standar mengajar.

Apa yang patut kita serukan kepada pemerintah? Pendidikan yang berkeadilan adalah jawabnya. Dapat kita akui, beberapa program pemerintah sudah cukup terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan survei Balitbang Depdiknas (2006) dimana program BOS berhasil membuat 70 persen SD/MI dan SMP/MTs membebaskan siswa-siswinya dari segala jenis pungutan biaya. Hal tersebut juga memberikan dampak terhadap penurunan angka anak putus sekolah. Namun, dibalik itu semua, pendidikan kita masih belum terlepas dari kesenjangan di dalamnya. Adilkah pemerintah, ketika kita melihat sekolah-sekolah megah di perkotaan dan ternyata masih banyak sekolah-sekolah bobrok di pedalaman?

Pendidikan yang diberikan pemerintah seharusnya jangan terpaku dengan pusat pemerintahan dan daerah-daerah sekitarnya saja, tetapi juga seluruh daerah yang ada di Indonesia. Pemerintah harus menjamin seluruh anak Indonesia telah mendapatkan hak mereka. Solusi yang memungkinkan demi terlepasnya anak-anak Indonesia dari kesenjangan pendidikan, antara lain mengupayakan akses yang baik dengan daerah-daerah di luar ‘pulau pemerintahan’ dan memotivasi guru-guru yang berkualitas untuk memberikan jasa mereka disana, misalnya memberikan poin plus dengan menaikkan gaji dan tunjangan mereka lebih jauh dari standar.

Sesungguhnya semua anak adalah bibit-bibit unggul penunjang pembangunan di masa depan. Yang membedakan mereka hanyalah bagaimana mereka mengembangkan potensinya sehingga menjadi SDM yang berkualitas dan salah satu media penting bagi perkembangan anak tersebut adalah sekolah. Sekolah menyadarkan mereka akan pentingnya pendidikan yang akan membuat mereka ingin terus mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Apabila pemerintah peduli dengan nasib anak-anak yang menjadi korban kesenjangan pendidikan tersebut dan secara nyata mewujudkan kepeduliannya dengan semaksimal mungkin, saya yakin, mereka akan mempunyai semangat yang tinggi untuk menuntut ilmu di sekolah seperti mereka yang bersekolah di gedung yang megah.

Senin, 24 September 2012

Posted by Unknown On 23.01 0 komentar

Untuk KawanQ

Senja kini mulai meredup
Hilang diganti sang malam
Langit malam yang gelap
Hanya ada secercah cahaya rembulan
Dan setitik cahaya bintang di sekitarnya
Siang malam terus bergulir tiada henti
Bergantian menghiasi dunia ini
Entah sampai kapan semua itu kan berhenti
Hidupku, hidupmu kawan juga sama
Terus dan terus berjalan
Hanya meninggalkan jejak kenangan
Entah sampai kapan semua itu kan berhenti
Aku, engkaupun juga takkan tahu
Sampai ajal kan menjemput kita
Kawan.,.,.,
Perjalanan hidup ini masih terlalu panjang tuk kita lalui
Masih banyak ambisi, impian yang belum kita raih
Berjuanglah kawan…..
Curahkan semua usaha, tenagamu
Untuk meraih semua itu
Kawan.,.,.
Teruslah berjuanglah……
Doaku selalu menyertaimu…..


Posted by Unknown On 21.17 0 komentar

Setitik Terang Harapan


Dimalam yang sunyi senyap terdengar sayup-sayup suara anak kecil yang sedang asyik membaca buku bekas yang di temukannya di pembuangan sampah. Dirumah yang kecil terbuat dari kardus dan di terangi dengan cahaya redup lilin, anak itu dengan tekun membaca setiap lampiran buku yang ada di hadapannya.
"Raden Ajeng Kartini adalah seorang pahlawan wanita yang membela dan memperjuangkan hak-hak wanita, beliau telah menciptakan buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang".
"Din udah malem, cepat  tidur ! besok kita harus kerja" ibu udin menyela.
"Ya, bu ! Udin tau, tapi Udin ingin belajar dulu" jawab Udin.
"Ya nak ibu tahu kamu ingin seperti anak-anak sebayamu yang bersekolah khan ?"
"ehm.. ehmm.. ya bu! Udin ingin sekali menjadi anak yang pintar meskipun Udin tidak mampu untuk sekolah, Udin punya cita-cita untuk menjadi seorang guru yang bisa mengajari semua orang walaupun orang itu tidak mampu dan Udin juga ingin… sekali membahagiakan ibu, Apa Udin salah mempunyai cita-ciat seperti itu?"
"Udin tidak salah nak ! Ibu malah bangga sekali kalau Udin mempunyai  cita-cita seperti itu, tapi ibu merasa sedih sekali nak karena seharusnya anak seusia kamu harus sekolah bukannya menjadi seorang pengamen ataupun pemulung, andaikan saja bapakmu masih ada nak pasti kita tidak hidup seperti ini" pinta ibu. Udin hanya terdiam dan menginggat kejadian 2 tahun silam, ketika ia masih duduk di kelas 4 SD pada waktu itu ia masih bias besekolah seperti anak-anak yang lainnya.
Keluarga Udin adalah keluarga sederhana yang bisa di bilang selalu tercukupi dalam masalh akebutuhan tetapi setelah ayahnya di vonis mengidap penyakit paru-paru stadium tinggi. Ibu udin saat itu seorang penjual kue dan ayahnya seorang sebagai serabutan hingga tidak sanggup lagi membiayai pengobatan ayahnya, uang tabunganpun habis dan semua harta yang di milikinya ludes tapi Tuhan berkehendak lain ayah Udin pun meninggal, karena penyakit yang sangat parah dan tidak sanggup melanjutkan biaya pengobatannya. Ketika ityu udin masih berumur 9 tahun, dia masih terlalu kecil untuk menghadapi cobaan seperti itu akhirnya dia dan ibunya hidup dalm kemiskinan rumah satu-satunya, peninggalan dari ayahnyapun tudak bias di pertahankan sehingga terpaksa rumah itupun di jual untuk memenuhi kebutuhan demi kelangsungan hidup mereka berdua, Udinpun terpaksa putus sekolah karena keadaan ekonomi keluarganya. Dan demi kelangsungan hidup mereka, ibunya pun terpaksa menjadi seorang pemulung untuk mencari makan sesuap nasi saja mereka susah, terkadang Udin menjadi seorang pengamen jalananan, terkadang juga ia menjadi loper koran yang di tawarkan dijalan-jalan ketika lampu merah menyala dan jalanan macet total.
"Nak .. udah jam 10 malam ayo kita tidur, ibu khawatir besok kamu kecapekkan gara-gara kurang tidur" seketika ibu membuyarkan  lamunan Udin.
"Oh… ya bu! Ayo kita tidur" udinpun memunguti buku-buku yang di bacanya dan bergegas tidur.
Sinar matahari menerobos celah-celah rumah kardus udin yang membangunkan tidur lelapnya, udipun bergegas bangun dan di dapatinya ibunya sudah bersiap-siap untuk bekerja seperti biasanya dia pun bersiap-siap dan ikut dengan ibunya menuju tempat pembuangan sampah
"bu ! Udin ikut Jupri ngamen ya?" Pinta Udin.
"ya , hati-hati ya nak" jawab ibu
Udinpun bergegas menuju tempat mangkal Jupri sesampainya di sana Udinpun mengajak Yudi dengan membawa sebuah gitar kecil dan Jupri membawa sebuah kayu yang dia tasnya diberi paku dan tutup minuman sprit yang sudah di gepengkan (kencer) dan udin yang menyanyikan.
Di jalanan yang macet Udin dan teman-temannya mengamen di samping mobil-mobil  yang berderet menunggu redahnya kemacetan. Mereka mengamen dari satu mobil ke mobil yang lain ada yang memberi mereka uang ada juga yang mencaci mareka begitu semangatnya mereka tidak merasakan keringat yang bercucuran, kemudian mereka beristirahat di tempat yang teduh untuk menghitung uang, pendapatan Udin dalam sehari biasanya hanya 10 ribu itupun di bagi-bagi dengan kedua temanya, kemudian mereka berpisah untuk pulang kerumah mereka masing-masing tetapi Usin tidak langsung bergegas pulang, dia pergi kesekolahnya dulu yang tiudak jauh dari tempatnya mengamen dan dia sering melakukan hal ini ketika ia pulang dari mengamen. Ketika sampai di sana udin menyelinap kebelakang sekolah untuk menyaksikan atau mendengarkan kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung saat itu.  Umur Udin sekang sudah 11tahun dan anak seumurannya sudah kelas 6 SD, dia sangat malu bila bertemu dengan temannya karena keadaanya saat ini dengan kaos kumaldan celana pendek yang kotor tetapi ia tidak pernah patah semangat untuk belajar. Ketika jam pelajaran telah selesai dia langsung buru-buru pulang karena dia takut ketahuan teman-temannya saat dia bergegas pulang tidak disangka-sangka udin bertemu dengan gurunya dulu, dia adalah pak Hermawan. Beliau adalah seorang guru yang penyabar  dan baik hati, Udin tidak berani menyapa malah dia lari untuk menghindari Pak Hermawan tetapi usahanya gagal pak Hermawan telah menggapai pundaknya sebslum dia pergi jauh, Udin pun ketakutan tetapi beliau tersenyum lebar kepada anak kecil itu dan Udin pun merasa agak lebih tenang.
"Udin, kamu benar Udin anaknya Pak Karjo itu kan?" Tanya Pak Hremawan dengan senyuman lebar dan nada yang halus.
"i….ya Pak betul" jawab Udin dengan gagap
"gimana kabarmu dan ibu sekarang?" Pak Hermawan kembali bertanya
"kabar saya baik Pak, begitu juga ibu!"
"kamu dan ibunu bagaikan ditelan bumi menghilang begitu saja, emang sekarang kamu tinggal dimana?" ungkap Pak Hermawan
"a….nu Pak sekarang saya tinggal di dekat tempat pembuangan sampah" jawab Udin dengan nada rendah
"Lho kock bisa!!!" Tanya Pak Hermawan dengan sangat kaget
"Iya, pak … setelah bapak meninggal kami jual rumah itu untuk biaya hidup kami sehari-hari dan juga terpaksa tidak melanjutkan sekolah lagi, akhirnya kami hanya bisa pasrah dan kami beruang untuk menjalani hidup dengan menjadi seorang pemulung karena ibu sudah tidak punya modal untuk dagang dan kamipun bertahan di rumah kaerdus yang sempit untuk bertahan hidup" cerita udin kepada pak hermawan
Setelah panjang lebar Udin bercerita tentang kehidupannya yang sekarang Pak Hermawanpun merasa iba dengan keadaan udin dan ibunya kemudian udin pulang kerumahnya dengan Pak Hermawan. Setelah sampai di rumah Udin raut wajah Pak Hermawan berubah menjadi sedih dan merasa iba dengan keadaan murid yang pernah didiknya.
"Assalamualaikum ….Bu ….. !" Udin mengucapkan salam sambil membuka pintu rumahnya.
"Waalaikum salam !" jawab ibu dari dalam
"kock tumben pulang agak sore nak"
"Iya bu ! ini ada Pak Hermawan yang ingin bertemu dengan ibu"
Dengan tergesa ibu udin keluar menuju ruang depan rumahnya.
"kalau gak salah inikan Pak Hermawan guru sekolahmu yang dulu khan nak ??" Tanya ibu Udin sambil menjabat tangan pak Hermawan.
" Sore bu, bagaimana keadaan ibu??" sapa pak hermawan.
" Iya pak selamat sore, Alhamdulillah baik-baik saja pak "
" Maaf pak rumahnya sempit dan berantakan"
"gak papa bu !! saya tadi kebetulan bertemu dengan Udin dan saya juga ingin tahu bagaiman keadaan kalian berdua jadi saya ikut pulang udin dan saya juga meminta udin  untuk sedikit bercerita kenapa dia putus sekolah tanpa ada kabar padahal udin itu anaknya pintar sayang kalau sekolahnya tidak di lanjutkan" tutur Pak Hermawan
"Iya, bagaimana lagi pak saya juga sudah tidak bisa membiayai sekolah udin, saya sudah tidak punya apa-apa lagi  sebetulnya saya juga sedih udin tidak bisa sekolah seperti anak-anak lain padahal semangatnya untuk  belajar sangatlah tinggi" tak terasa air mata ibu udin mengalir
"Yang sabar ya  bu" jawab Pak Hermawan
"Maaf ya pak saya koc jadi cerita masalah saya ke bapak" jawab ibu sampbil mengusap air matanya.
" Gak papa koc bu! Kita harus saling membantu satu sama lain" tidakj sengaja pak hermawan melihat tumpukan buku yang sudah agak rusak.
" Din kamu masih suka baca-baca buku pelajaran din" Tanya pak hermawan sampbil melihat tumpukan-tumpukan buku itu.
"Oh ya pak ! udin ingin terus belajar walaupun udin gak bisa sekolah lagi pak" jawab Udin malu-malu
"Bagus itu din !! benar apa kata ibumu semangat belajarmu itu sangat tinggi din bahkan di bandingkan dengan anak-anak orang kaya walaupun mereka mampu sekolah tapi semangat belajar nereka tidak sebesar semangat belajatmu din, bapak bangga dengan mu din "puji pak hermawan sambil mengelus punggung Udin.
" Din ! apakah kamu mau sekolah lagi?? " Tanya pak hermawan
"Ya ..! tapi bagiamana caranya pak biaya saja tidak ada " sahut ibu Udin
"tanpa biaya bu, sekarang sudah ada sekolah gratis untuk yang tidak mampu bu," jawab      Pak Hermawan
"yang bener Pak , Bapak tidak bohong kan?" nya ibu denga penuh selidik
"bener bu , saya ini sungguh-sungguh bu, saya tidak bohong Udin bisa sekolah lagi dengan beasiswa dari Pemerintah "
"Tanpa biaya bu !! sekarang sudah ada sekolah gratis untuk anka-anak yang tidak mampu" jawab pak hermawan
"yang benar pak, Bapak tidak bohong khan ?" Tanya ibu udin dengan penuh selidik
"benar ,bu ! ! saya ini sungguh-sungguh saya tidak \bohong, Udin bisa sekolah lagi dengan beasiswa dari pemerintah"Ujar pak hermawan meyakinkan
"Beneran Pak, Udin bias sekolah! "tanya Udin dengan tampang kaget
"Iya ,, bapak tidak bohong din ! besok bapak akan mengurus semuanya  sehingga kamu bias sekolah lagi kalaupun ada uang untuk pendaftaran bapak yang akan menanggungnya din" jawab pak hermawan
"Hore..hore…hore…udin sekolah ……!!" udin berteriak sambil melompat-lompat
"Bu kayaknya hari sudah sore, saya izin pamit pulang dulu" ujar pak hermawan
"Oh.. ya pak, terima kasih banyak ya pak, bapak sangat baik sekali ! semoga kebaikan bapak di balas oleh yang maha kuasa," harap ibu udin dengan tetes air mata.
"Amien ……. Sama-sama bu , iut sudah menjadi kawajiban saya sebagai seorang muslim kita di anjurkan untuk saling membantu "
"Terima kasih banyak ,pak ! ucap Udin
"Ya suadah bu saya pamit, assalamualaikum !"
" wa'alaikumsalam" jawab ibu dan udin serempak
Keesokan harinya Pak Hermawan kerumah udin dan mengajak udin beserta ibunya ke sekolah untuk mengurus pendaftaran sekolah udin, setelah semua urusan yang mennyangkut tentang pendaftaran selesai Udinpun tidak sabar dan langsung menuju kelasnya, dihari pertam Udin sekolah, dia berkenalan dengan temannya. Udin mulai belajar dan mendengarkan serta memperhatikan guru yang menyampaikan pelajaran.
Hari-hari berlalu bulan berganti tahun dan kini Udin sudah tumbuh seorang dewasa dan  semangat belajarnya sangat tinggi. Udin bias melanjutkan sekolahnya sampai ke sekolah menengah keatas dengan mempertahankan prestasinya dia mendapatkan biaya siswa sampai di jenjang pendidikan menengah keatas kehidupan Udinpun berubah kini ibunya menjadi seorang pembantu rumah tangga dan udin sendiri sekolah sambil bekerja sampingan. Udin dan ibunya sekarang tinggal di sebuah rumah kontrakan,daninilah hasil dari sebuah perjuangan yang tak mengenal lelah dan putus asa da setitik harapan yang sudah terwujud menjadi sebuah kenyataan



Gapailah mimpi walaupun rintangan menghadang dan janaganlah patah semangat untuk menggapai impian dan angan-angan buatla hidup ledih berarti de ngan pengetahuan yang luas tentang arti sebuah perjuangan

By: Alaska (mimpi manis)