Sabtu, 13 Oktober 2012

Kesenjangan dalam Pendidikan Anak Indonesia

Posted by Unknown On 07.09 0 komentar



Kita pernah melihat di televisi, anak-anak di daerah-daerah yang jauh dari pusat ibukota bersekolah di bangunan yang sudah tidak layak lagi. Atap-atap bangunannya bolong, dinding-dindingnya bobrok, lantainya masih beralaskan tanah… Belum lagi ketika hujan turun, ruangan kelas mereka kebocoran. Bayangkan, dengan kondisi yang seperti itu apakah anak-anak dapat menjadi lebih bersemangat untuk belajar?

Belum lagi, fasilitas yang sangat kurang dengan jumlah meja dan kursi yang tidak sebanding dengan jumlah murid-muridnya dan tidak adanya perpustakaan sebagai penunjang belajar mereka, distribusi buku pelajaran yang tidak merata, dan juga kualitas guru yang tidak memenuhi standar mengajar.

Apa yang patut kita serukan kepada pemerintah? Pendidikan yang berkeadilan adalah jawabnya. Dapat kita akui, beberapa program pemerintah sudah cukup terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan survei Balitbang Depdiknas (2006) dimana program BOS berhasil membuat 70 persen SD/MI dan SMP/MTs membebaskan siswa-siswinya dari segala jenis pungutan biaya. Hal tersebut juga memberikan dampak terhadap penurunan angka anak putus sekolah. Namun, dibalik itu semua, pendidikan kita masih belum terlepas dari kesenjangan di dalamnya. Adilkah pemerintah, ketika kita melihat sekolah-sekolah megah di perkotaan dan ternyata masih banyak sekolah-sekolah bobrok di pedalaman?

Pendidikan yang diberikan pemerintah seharusnya jangan terpaku dengan pusat pemerintahan dan daerah-daerah sekitarnya saja, tetapi juga seluruh daerah yang ada di Indonesia. Pemerintah harus menjamin seluruh anak Indonesia telah mendapatkan hak mereka. Solusi yang memungkinkan demi terlepasnya anak-anak Indonesia dari kesenjangan pendidikan, antara lain mengupayakan akses yang baik dengan daerah-daerah di luar ‘pulau pemerintahan’ dan memotivasi guru-guru yang berkualitas untuk memberikan jasa mereka disana, misalnya memberikan poin plus dengan menaikkan gaji dan tunjangan mereka lebih jauh dari standar.

Sesungguhnya semua anak adalah bibit-bibit unggul penunjang pembangunan di masa depan. Yang membedakan mereka hanyalah bagaimana mereka mengembangkan potensinya sehingga menjadi SDM yang berkualitas dan salah satu media penting bagi perkembangan anak tersebut adalah sekolah. Sekolah menyadarkan mereka akan pentingnya pendidikan yang akan membuat mereka ingin terus mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Apabila pemerintah peduli dengan nasib anak-anak yang menjadi korban kesenjangan pendidikan tersebut dan secara nyata mewujudkan kepeduliannya dengan semaksimal mungkin, saya yakin, mereka akan mempunyai semangat yang tinggi untuk menuntut ilmu di sekolah seperti mereka yang bersekolah di gedung yang megah.

0 komentar:

Posting Komentar