Sabtu, 13 Oktober 2012

Posted by Unknown On 07.15 1 komentar

Surya yang hilang di malam seribu bulan


Sunyi….
Gundah….
Yach rasa yang itu yang ada pada jiwaQ sekarang, malam begitu dingin seolah-olah udara tak memihak, gemericik air yang jatuh dari arah lain membuatQ hanyut…. Dimana letak nada itu…?
                (tet….tet…) bunyi bel bertanda akan dimulainya kegiatan : ayo tahajud… tahajud….tahajud… “seru pengurus seraya membangunkan santri” di dalam heningnya malam kumerasa ada yang hilang… seraya hampa… “ada apa sebenarnya yang terjadi?....”
“alangkah menakutkan keadaanQ ketika dzat yang maha bijaksana menjalankan keadilannya Q biasa memusuhi tuhanQ dengan mendurhakainya. Padahal tiada yang mengasihiku tanpa seizinnya – ya tuhanQ. Semoga engkau berkenana memberi ampun kepada Q yang berdosa, yang selalu melampaui batas. Namun sekarang te;ah menyesal.
Ketika malam tiba, ratapan tangis tak tertahan karena tumpuhan dosa…
“maafkan Q ya Allah”
Q masih merasa gusar apa benar yang dikatakan oleh syaikhina bahwa hati yang sering gundah…. Hampa adalah faktor dari banyaknya dosa…. Masya Allah…. Apa itu benar tapi rasa ini tak seperti biasanya aku fana… jeh aku dach capek dengan semua ini….
Setelah lama Q termenung tiba-tiba Q tertidur, didalam tidurQ aku berjumpadengan sesosok wanita yang Q rindukan….. yach… dia adalah ibuQ, ku melihat dia tersenyum padaQ tanpa ada kata ataupen suara, inginQ ungkap bahwa Q sangat rindukannya… ibu… Q merasa tak mamapu, sudah hampir 3 bulan aku ada di pesantren, tak pernah bersuara dengan moe ibu…. Ibu aku merindukanmoe….
“Vira…. tidur ayo bangun sholat shubuh” gumam temanQ, akupun kaget, ternyata aku hanya bermimpi…. Ibu… ada apa ya….??? Aku pun tak begitu menghiraukannya semuanya ku rasa tak da apa-apa, semua pasti baik-baik saja. Vira..vira.. ada sesuatu nich, perselan buat kamu dari keluarga di Maluku, “oh yach makasiiustadzah” ucap vira dengan nada sedikit kaget.
“untuk vira anak Q…
Kuatkanlah dirimu, untuk sanggup menerima berbagai macam cobaan dengan hati sabar dikala menghadapi setiap kegetiran, tangkal segala kegetiran itu dengan hati yang penuh kesabaran, jagalah lisanmu, pejamkan mata sembunyikan rahasia, sunggingkan senyum dibibirmu setiap hari masa menderahmu sedang malam kau tumpahkan rindu menghadap tuhan tanpa ada yang tahu, ambillah kesempatan malam jadikan iya jalan lapang buat hari esok raih kemuliyaaan pada saat yang lain kesulitan mencari jalan, berjuanglah….!”
Ibumu
Tak terbendung rasa yang kian mendera,,air mata bercucuran indah….Q sebut dan Q junjung serta tuhan pencipta langit dan bumi….ya robb,,, akue sudah lama melupakanmu, aku teringat pesan-pesan ibu “mencari berkah di malam lailatul qodar” dan aku sudah berniat uentuk mencari sesuatu yang baru di Ramadhan tahun ini, pulang nanti Q beritahu ibu bahwa aq mendapatkan sesuatu yang akan buat ibu bangga pada Q “gusarQ dalam hayal” setiap detik aQ bermunajat kepada Allah “Subhallah wal ahmdulillah….. untuk keselamatan keluarga Q yang ada dikejauhan” ayah ibu Q khususnya Qberharap q akan membahagiakan mereka” Ya Allah limpahkan lah segala kebaikan kepada ayah dan ibu Q… di sana.
Tak terasa air mata ini menetes sangat deras dan selalu terbayang wajah ayah dan ibu Q…
Ayah…ibu… aq ingin pulang…
“vira kamu tidak apa” tanya pengurus kepada Q ?....
“vira… viraa… kamu ditunggu ustadzah yuki ditempat pemanggilan sekaran… kaget… penasaran itu yang Q rasa… ada apa yach….?
“vira, kamu yang namanya vira, vira siap-siaplah habis ini keluargamu mau menjemput kamu dan sekarang bereskan semua barang-barang kamu, jangan buat keluargamu menunggu…! Semakin penesaran..
Emang ada apa ustadzah ??? ”tanyaQ” ndak tau vir, mending kamu ke kamar dan bereskan semua barang-barangmu…..!
Setelah lama menunggu ahirnya ku lihat dari ujung pintu ternyata paman Q dari tuban yang menggambil Q dan q segerahkan bertanya pada paman….”engg ada apa malam-malam kok pulang…. Ada apa paman ?”
“vira sudalah nanti kamu juga tahu sendiri tenanglah….! Aku pun mencoba untuk tenang. Setelah sampai di Bandara aku merasa melihat bayangan sesosok orang yang sangat aku rindukan…
How… ada apa dengan Q……? seharusnya aku senang karena bisa pulang sebelum waktu liburan tapi mengapa air mata ini selalu menetes dan serasa tak bisa terbendung……
“paman tak ada apa-apa kan? “Tanya Q”
“vir tenanglah ! “jawab paman dengan begitu santainya” dan itupun menguatkan pikiran Q bahwa ndak ada sesuatu yang tejadi….
“Alhamdulillahnahirnya sampai juga di kampung halaman “ujar Q”
“stop…stop…stop… paman emang ada acara di rumah, mengapa begithu banyak orang,,, Paman  mau ngasih vira suprice yach…??
Tampak jelas pintu rumah berwarna coklat tua dan diujung kamarku liat sesosok orang yang terbaring disana… “siapa itu paman”…?? Secara lemas…. Siapa paman ? ….paman terdiam….. setiap jengkal kaki melangkah … rasa gusar…. Penesaran…. Semuanya campur aduk menjadi satu.. dan yang ku lihat ternyata semakin jelas…. Yach dia adalah “ibu…” tanpa berfikir panjang aku berlari bertatih-tatih ingin segera memeluk jasad ibu.. ibu.. ibu.. mengapa secepat ini Allah mengambilmu ibu….
Ramadhan ini adalah ramadhan yang sangat bersejarah, saat yang aku impikan untuk mendaptkan malam lailatul qodar bukan impian yang Q peroleh bahkan melainkan Q harus merelakan orang yang sangat ku cintai untuk pergi selama-lamanya…….. semoga ini adalah yang terbaik dan semua pasti ada hikmahnya.
Para pencari dan penuntut cita-cita…
Telah berhasil meraih apa yang dicita-citakan para kekasih telah menemukan kekasih yang dicintainya. Tinggal aku, terombang-ambing kebingungan, diterpa tapal batas antara sampai dan belum aku berharp terus merapat dan belum aku berharap terus merapat dengan dekat kepada Allah dengan perantara perkara yang menjauhkan diriku darinya. Ini salah satu keadaan yang mustahil ya robb… berilah aku seteguk minuman darimu…. Yang dapat melenyapkan kebinggungan dan lentera petunjuk yang benar wahai dzat yang mengobati penyakit, wahai dzat yang menyembunyikan lika… wahai dzat yang menyelamatkanQ…dari berbagai musibah dan bahaya…
Semalam suntukmata terjag
Adalah kesia-siaan belaka
Jika bukan karnanya
Derai tangis air mata
Yang ­­­­­­­­­ bukan  karnanya
Jua kesia-siaan tak bermakna
ربنا تقبل منا انك انت السمع العلىم



Posted by Unknown On 07.12 0 komentar

STOP NERVOUS ! Wahai mahasiswa Fakultas Tarbiyah



Pernahkah kalian merasakan NERVOUS wahai mahasiswa/I fakultas tarbiyah?
Padahal sebagai calon pendidik harus mempunyai jiwa berani untuk memaparkan segala materi … ehm… eh…
Mengapa seperti itu ?
Tidak usah malu wahai mahasiswa/i …! Menurut para pakar, setiap orang mempunyai perasaan malu. Padahal perasaan nervous merupakan sebuah kronis yang bisa menghambat pertumbuhan kepribadian. Namun tidak ada yang bisa menolong anda untuk terbebas dari perasaan malu (nervous) kecuali diri anda sendiri.
Memang perasaan nervous ini berasal dari diri anda sendiri dan yang bisa menolong hanyalah diri anda sendiri. Yakinlah pada diri anda bahwa anda berharga.
Anda mempunyai 1.000 ataupun lebih potensi yang terpendam, yang mana potensi tersebut bersembunyi di dalam nervous itu. Oleh sebab itu tanamkanlah keyakinan pada diri anda untuk meraih yang terbaik dalam hidup anda.
Kebanyakan perasaan nervous ini terpapar pada mahasiswa/i tarbiyah Inkafa. Mereka lebih cenderung malu apabila hendak mengemukakan pendapat ataupun saat mempraktekkan suatu pelajaran, mereka lebih cenderung EGP dalam suatu hal. Untuk itu kami dari redaksi membuat rubrik Deteksi dalam buletin kita (Murobbi).
Kami sedikit memaparkan hasil penelitian terkait dengan perasaan malu (nervous) mahasiswa/i Fakultas Tarbiyah.
Mahasiswa/i Tarbiyah Inkafa lebih condong pada perasaan malu dengan alasan takut akan salah dan tidak mempunyai mental untuk mengutarakannya. Dan ada juga yang mengatakan belum bisa bersuara.
Kemudian apa solusi yang tepat untuk mengatasi hal tersebut ?
Keluarlah dari tempat persembunyian, tidak perlu lagi mengucilkan diri, tidak perlu ditakuti…
Buktikan jati diri anda…!
Semoga dengan adanya deteksi ini dapat membuat kita semangat berkobar dalam menemukan jati diri kita dengan membuang jauh-jauh perasaan nervous yang ada dalam diri kita sehingga kita dapat meraih bintang meskipun sang awan menghalangi kita…

Posted by Unknown On 07.09 0 komentar

Kesenjangan dalam Pendidikan Anak Indonesia



Kita pernah melihat di televisi, anak-anak di daerah-daerah yang jauh dari pusat ibukota bersekolah di bangunan yang sudah tidak layak lagi. Atap-atap bangunannya bolong, dinding-dindingnya bobrok, lantainya masih beralaskan tanah… Belum lagi ketika hujan turun, ruangan kelas mereka kebocoran. Bayangkan, dengan kondisi yang seperti itu apakah anak-anak dapat menjadi lebih bersemangat untuk belajar?

Belum lagi, fasilitas yang sangat kurang dengan jumlah meja dan kursi yang tidak sebanding dengan jumlah murid-muridnya dan tidak adanya perpustakaan sebagai penunjang belajar mereka, distribusi buku pelajaran yang tidak merata, dan juga kualitas guru yang tidak memenuhi standar mengajar.

Apa yang patut kita serukan kepada pemerintah? Pendidikan yang berkeadilan adalah jawabnya. Dapat kita akui, beberapa program pemerintah sudah cukup terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan survei Balitbang Depdiknas (2006) dimana program BOS berhasil membuat 70 persen SD/MI dan SMP/MTs membebaskan siswa-siswinya dari segala jenis pungutan biaya. Hal tersebut juga memberikan dampak terhadap penurunan angka anak putus sekolah. Namun, dibalik itu semua, pendidikan kita masih belum terlepas dari kesenjangan di dalamnya. Adilkah pemerintah, ketika kita melihat sekolah-sekolah megah di perkotaan dan ternyata masih banyak sekolah-sekolah bobrok di pedalaman?

Pendidikan yang diberikan pemerintah seharusnya jangan terpaku dengan pusat pemerintahan dan daerah-daerah sekitarnya saja, tetapi juga seluruh daerah yang ada di Indonesia. Pemerintah harus menjamin seluruh anak Indonesia telah mendapatkan hak mereka. Solusi yang memungkinkan demi terlepasnya anak-anak Indonesia dari kesenjangan pendidikan, antara lain mengupayakan akses yang baik dengan daerah-daerah di luar ‘pulau pemerintahan’ dan memotivasi guru-guru yang berkualitas untuk memberikan jasa mereka disana, misalnya memberikan poin plus dengan menaikkan gaji dan tunjangan mereka lebih jauh dari standar.

Sesungguhnya semua anak adalah bibit-bibit unggul penunjang pembangunan di masa depan. Yang membedakan mereka hanyalah bagaimana mereka mengembangkan potensinya sehingga menjadi SDM yang berkualitas dan salah satu media penting bagi perkembangan anak tersebut adalah sekolah. Sekolah menyadarkan mereka akan pentingnya pendidikan yang akan membuat mereka ingin terus mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Apabila pemerintah peduli dengan nasib anak-anak yang menjadi korban kesenjangan pendidikan tersebut dan secara nyata mewujudkan kepeduliannya dengan semaksimal mungkin, saya yakin, mereka akan mempunyai semangat yang tinggi untuk menuntut ilmu di sekolah seperti mereka yang bersekolah di gedung yang megah.