Senin, 24 September 2012

Posted by Unknown On 23.01 0 komentar

Untuk KawanQ

Senja kini mulai meredup
Hilang diganti sang malam
Langit malam yang gelap
Hanya ada secercah cahaya rembulan
Dan setitik cahaya bintang di sekitarnya
Siang malam terus bergulir tiada henti
Bergantian menghiasi dunia ini
Entah sampai kapan semua itu kan berhenti
Hidupku, hidupmu kawan juga sama
Terus dan terus berjalan
Hanya meninggalkan jejak kenangan
Entah sampai kapan semua itu kan berhenti
Aku, engkaupun juga takkan tahu
Sampai ajal kan menjemput kita
Kawan.,.,.,
Perjalanan hidup ini masih terlalu panjang tuk kita lalui
Masih banyak ambisi, impian yang belum kita raih
Berjuanglah kawan…..
Curahkan semua usaha, tenagamu
Untuk meraih semua itu
Kawan.,.,.
Teruslah berjuanglah……
Doaku selalu menyertaimu…..


Posted by Unknown On 21.17 0 komentar

Setitik Terang Harapan


Dimalam yang sunyi senyap terdengar sayup-sayup suara anak kecil yang sedang asyik membaca buku bekas yang di temukannya di pembuangan sampah. Dirumah yang kecil terbuat dari kardus dan di terangi dengan cahaya redup lilin, anak itu dengan tekun membaca setiap lampiran buku yang ada di hadapannya.
"Raden Ajeng Kartini adalah seorang pahlawan wanita yang membela dan memperjuangkan hak-hak wanita, beliau telah menciptakan buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang".
"Din udah malem, cepat  tidur ! besok kita harus kerja" ibu udin menyela.
"Ya, bu ! Udin tau, tapi Udin ingin belajar dulu" jawab Udin.
"Ya nak ibu tahu kamu ingin seperti anak-anak sebayamu yang bersekolah khan ?"
"ehm.. ehmm.. ya bu! Udin ingin sekali menjadi anak yang pintar meskipun Udin tidak mampu untuk sekolah, Udin punya cita-cita untuk menjadi seorang guru yang bisa mengajari semua orang walaupun orang itu tidak mampu dan Udin juga ingin… sekali membahagiakan ibu, Apa Udin salah mempunyai cita-ciat seperti itu?"
"Udin tidak salah nak ! Ibu malah bangga sekali kalau Udin mempunyai  cita-cita seperti itu, tapi ibu merasa sedih sekali nak karena seharusnya anak seusia kamu harus sekolah bukannya menjadi seorang pengamen ataupun pemulung, andaikan saja bapakmu masih ada nak pasti kita tidak hidup seperti ini" pinta ibu. Udin hanya terdiam dan menginggat kejadian 2 tahun silam, ketika ia masih duduk di kelas 4 SD pada waktu itu ia masih bias besekolah seperti anak-anak yang lainnya.
Keluarga Udin adalah keluarga sederhana yang bisa di bilang selalu tercukupi dalam masalh akebutuhan tetapi setelah ayahnya di vonis mengidap penyakit paru-paru stadium tinggi. Ibu udin saat itu seorang penjual kue dan ayahnya seorang sebagai serabutan hingga tidak sanggup lagi membiayai pengobatan ayahnya, uang tabunganpun habis dan semua harta yang di milikinya ludes tapi Tuhan berkehendak lain ayah Udin pun meninggal, karena penyakit yang sangat parah dan tidak sanggup melanjutkan biaya pengobatannya. Ketika ityu udin masih berumur 9 tahun, dia masih terlalu kecil untuk menghadapi cobaan seperti itu akhirnya dia dan ibunya hidup dalm kemiskinan rumah satu-satunya, peninggalan dari ayahnyapun tudak bias di pertahankan sehingga terpaksa rumah itupun di jual untuk memenuhi kebutuhan demi kelangsungan hidup mereka berdua, Udinpun terpaksa putus sekolah karena keadaan ekonomi keluarganya. Dan demi kelangsungan hidup mereka, ibunya pun terpaksa menjadi seorang pemulung untuk mencari makan sesuap nasi saja mereka susah, terkadang Udin menjadi seorang pengamen jalananan, terkadang juga ia menjadi loper koran yang di tawarkan dijalan-jalan ketika lampu merah menyala dan jalanan macet total.
"Nak .. udah jam 10 malam ayo kita tidur, ibu khawatir besok kamu kecapekkan gara-gara kurang tidur" seketika ibu membuyarkan  lamunan Udin.
"Oh… ya bu! Ayo kita tidur" udinpun memunguti buku-buku yang di bacanya dan bergegas tidur.
Sinar matahari menerobos celah-celah rumah kardus udin yang membangunkan tidur lelapnya, udipun bergegas bangun dan di dapatinya ibunya sudah bersiap-siap untuk bekerja seperti biasanya dia pun bersiap-siap dan ikut dengan ibunya menuju tempat pembuangan sampah
"bu ! Udin ikut Jupri ngamen ya?" Pinta Udin.
"ya , hati-hati ya nak" jawab ibu
Udinpun bergegas menuju tempat mangkal Jupri sesampainya di sana Udinpun mengajak Yudi dengan membawa sebuah gitar kecil dan Jupri membawa sebuah kayu yang dia tasnya diberi paku dan tutup minuman sprit yang sudah di gepengkan (kencer) dan udin yang menyanyikan.
Di jalanan yang macet Udin dan teman-temannya mengamen di samping mobil-mobil  yang berderet menunggu redahnya kemacetan. Mereka mengamen dari satu mobil ke mobil yang lain ada yang memberi mereka uang ada juga yang mencaci mareka begitu semangatnya mereka tidak merasakan keringat yang bercucuran, kemudian mereka beristirahat di tempat yang teduh untuk menghitung uang, pendapatan Udin dalam sehari biasanya hanya 10 ribu itupun di bagi-bagi dengan kedua temanya, kemudian mereka berpisah untuk pulang kerumah mereka masing-masing tetapi Usin tidak langsung bergegas pulang, dia pergi kesekolahnya dulu yang tiudak jauh dari tempatnya mengamen dan dia sering melakukan hal ini ketika ia pulang dari mengamen. Ketika sampai di sana udin menyelinap kebelakang sekolah untuk menyaksikan atau mendengarkan kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung saat itu.  Umur Udin sekang sudah 11tahun dan anak seumurannya sudah kelas 6 SD, dia sangat malu bila bertemu dengan temannya karena keadaanya saat ini dengan kaos kumaldan celana pendek yang kotor tetapi ia tidak pernah patah semangat untuk belajar. Ketika jam pelajaran telah selesai dia langsung buru-buru pulang karena dia takut ketahuan teman-temannya saat dia bergegas pulang tidak disangka-sangka udin bertemu dengan gurunya dulu, dia adalah pak Hermawan. Beliau adalah seorang guru yang penyabar  dan baik hati, Udin tidak berani menyapa malah dia lari untuk menghindari Pak Hermawan tetapi usahanya gagal pak Hermawan telah menggapai pundaknya sebslum dia pergi jauh, Udin pun ketakutan tetapi beliau tersenyum lebar kepada anak kecil itu dan Udin pun merasa agak lebih tenang.
"Udin, kamu benar Udin anaknya Pak Karjo itu kan?" Tanya Pak Hremawan dengan senyuman lebar dan nada yang halus.
"i….ya Pak betul" jawab Udin dengan gagap
"gimana kabarmu dan ibu sekarang?" Pak Hermawan kembali bertanya
"kabar saya baik Pak, begitu juga ibu!"
"kamu dan ibunu bagaikan ditelan bumi menghilang begitu saja, emang sekarang kamu tinggal dimana?" ungkap Pak Hermawan
"a….nu Pak sekarang saya tinggal di dekat tempat pembuangan sampah" jawab Udin dengan nada rendah
"Lho kock bisa!!!" Tanya Pak Hermawan dengan sangat kaget
"Iya, pak … setelah bapak meninggal kami jual rumah itu untuk biaya hidup kami sehari-hari dan juga terpaksa tidak melanjutkan sekolah lagi, akhirnya kami hanya bisa pasrah dan kami beruang untuk menjalani hidup dengan menjadi seorang pemulung karena ibu sudah tidak punya modal untuk dagang dan kamipun bertahan di rumah kaerdus yang sempit untuk bertahan hidup" cerita udin kepada pak hermawan
Setelah panjang lebar Udin bercerita tentang kehidupannya yang sekarang Pak Hermawanpun merasa iba dengan keadaan udin dan ibunya kemudian udin pulang kerumahnya dengan Pak Hermawan. Setelah sampai di rumah Udin raut wajah Pak Hermawan berubah menjadi sedih dan merasa iba dengan keadaan murid yang pernah didiknya.
"Assalamualaikum ….Bu ….. !" Udin mengucapkan salam sambil membuka pintu rumahnya.
"Waalaikum salam !" jawab ibu dari dalam
"kock tumben pulang agak sore nak"
"Iya bu ! ini ada Pak Hermawan yang ingin bertemu dengan ibu"
Dengan tergesa ibu udin keluar menuju ruang depan rumahnya.
"kalau gak salah inikan Pak Hermawan guru sekolahmu yang dulu khan nak ??" Tanya ibu Udin sambil menjabat tangan pak Hermawan.
" Sore bu, bagaimana keadaan ibu??" sapa pak hermawan.
" Iya pak selamat sore, Alhamdulillah baik-baik saja pak "
" Maaf pak rumahnya sempit dan berantakan"
"gak papa bu !! saya tadi kebetulan bertemu dengan Udin dan saya juga ingin tahu bagaiman keadaan kalian berdua jadi saya ikut pulang udin dan saya juga meminta udin  untuk sedikit bercerita kenapa dia putus sekolah tanpa ada kabar padahal udin itu anaknya pintar sayang kalau sekolahnya tidak di lanjutkan" tutur Pak Hermawan
"Iya, bagaimana lagi pak saya juga sudah tidak bisa membiayai sekolah udin, saya sudah tidak punya apa-apa lagi  sebetulnya saya juga sedih udin tidak bisa sekolah seperti anak-anak lain padahal semangatnya untuk  belajar sangatlah tinggi" tak terasa air mata ibu udin mengalir
"Yang sabar ya  bu" jawab Pak Hermawan
"Maaf ya pak saya koc jadi cerita masalah saya ke bapak" jawab ibu sampbil mengusap air matanya.
" Gak papa koc bu! Kita harus saling membantu satu sama lain" tidakj sengaja pak hermawan melihat tumpukan buku yang sudah agak rusak.
" Din kamu masih suka baca-baca buku pelajaran din" Tanya pak hermawan sampbil melihat tumpukan-tumpukan buku itu.
"Oh ya pak ! udin ingin terus belajar walaupun udin gak bisa sekolah lagi pak" jawab Udin malu-malu
"Bagus itu din !! benar apa kata ibumu semangat belajarmu itu sangat tinggi din bahkan di bandingkan dengan anak-anak orang kaya walaupun mereka mampu sekolah tapi semangat belajar nereka tidak sebesar semangat belajatmu din, bapak bangga dengan mu din "puji pak hermawan sambil mengelus punggung Udin.
" Din ! apakah kamu mau sekolah lagi?? " Tanya pak hermawan
"Ya ..! tapi bagiamana caranya pak biaya saja tidak ada " sahut ibu Udin
"tanpa biaya bu, sekarang sudah ada sekolah gratis untuk yang tidak mampu bu," jawab      Pak Hermawan
"yang bener Pak , Bapak tidak bohong kan?" nya ibu denga penuh selidik
"bener bu , saya ini sungguh-sungguh bu, saya tidak bohong Udin bisa sekolah lagi dengan beasiswa dari Pemerintah "
"Tanpa biaya bu !! sekarang sudah ada sekolah gratis untuk anka-anak yang tidak mampu" jawab pak hermawan
"yang benar pak, Bapak tidak bohong khan ?" Tanya ibu udin dengan penuh selidik
"benar ,bu ! ! saya ini sungguh-sungguh saya tidak \bohong, Udin bisa sekolah lagi dengan beasiswa dari pemerintah"Ujar pak hermawan meyakinkan
"Beneran Pak, Udin bias sekolah! "tanya Udin dengan tampang kaget
"Iya ,, bapak tidak bohong din ! besok bapak akan mengurus semuanya  sehingga kamu bias sekolah lagi kalaupun ada uang untuk pendaftaran bapak yang akan menanggungnya din" jawab pak hermawan
"Hore..hore…hore…udin sekolah ……!!" udin berteriak sambil melompat-lompat
"Bu kayaknya hari sudah sore, saya izin pamit pulang dulu" ujar pak hermawan
"Oh.. ya pak, terima kasih banyak ya pak, bapak sangat baik sekali ! semoga kebaikan bapak di balas oleh yang maha kuasa," harap ibu udin dengan tetes air mata.
"Amien ……. Sama-sama bu , iut sudah menjadi kawajiban saya sebagai seorang muslim kita di anjurkan untuk saling membantu "
"Terima kasih banyak ,pak ! ucap Udin
"Ya suadah bu saya pamit, assalamualaikum !"
" wa'alaikumsalam" jawab ibu dan udin serempak
Keesokan harinya Pak Hermawan kerumah udin dan mengajak udin beserta ibunya ke sekolah untuk mengurus pendaftaran sekolah udin, setelah semua urusan yang mennyangkut tentang pendaftaran selesai Udinpun tidak sabar dan langsung menuju kelasnya, dihari pertam Udin sekolah, dia berkenalan dengan temannya. Udin mulai belajar dan mendengarkan serta memperhatikan guru yang menyampaikan pelajaran.
Hari-hari berlalu bulan berganti tahun dan kini Udin sudah tumbuh seorang dewasa dan  semangat belajarnya sangat tinggi. Udin bias melanjutkan sekolahnya sampai ke sekolah menengah keatas dengan mempertahankan prestasinya dia mendapatkan biaya siswa sampai di jenjang pendidikan menengah keatas kehidupan Udinpun berubah kini ibunya menjadi seorang pembantu rumah tangga dan udin sendiri sekolah sambil bekerja sampingan. Udin dan ibunya sekarang tinggal di sebuah rumah kontrakan,daninilah hasil dari sebuah perjuangan yang tak mengenal lelah dan putus asa da setitik harapan yang sudah terwujud menjadi sebuah kenyataan



Gapailah mimpi walaupun rintangan menghadang dan janaganlah patah semangat untuk menggapai impian dan angan-angan buatla hidup ledih berarti de ngan pengetahuan yang luas tentang arti sebuah perjuangan

By: Alaska (mimpi manis)


Posted by Unknown On 21.03 0 komentar

Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan

Sampai satu dasawarsa terakhir ini, dunia pendidikan kita (Indonesia) belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat . Fenomena itu di tandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tiodak tuntas atau cenderung tambal sulam, bahkan lebih berorientasi proyek kualitas lulusan pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan baik industri, perbankan maupun pasar tenaga kerja sector lain yang cenderung mengungat eksistensi sekolah bahkan SDM yang di siapkan melalui pendidikan sebsgai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi akhlak, moral dan jati diri dalam kemajemukan budaya bangsa kondidsi ini menyebabkan sebagaian masyarakat pesimis pada sekolah yang kurang menjamin masa depan anak didik lebih baik. Maka dari itu pendidikan kita perlu membuat strategi untuk meningkatkan mutu lulusan sekolah dalam mengatasi problem ini dan kita jua perlu mempelajari usaha-usaha di bidang pendidikan dalam beberapa decade terakhir di Negara maju, seperti amerika, jepang dan inggris. Negara-negara tersebut ketika itu merasa perlu menerapkan TQM (Total Quality Management) atau manajemen mutu terpadu dalam bidang pendidikan.
            Menawarkan filosofi, metode dan strategi baru perbaikan mutu pendidikan kita, tidak ada salahnya jika kita mempelajari usaha peningkatan mutu ini sebab perbaikan pendidikan bukan hanya tanggung jawab menteri pendidikan atau kepala sekolah tapi juga semua pihak yang terkait termasuk siswa, guru, orang tua atau masyarakat denga visi yang sama kepedulian menetaokan kebijakan untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang unggul.
Adapun strategi TQM dalam perbaikan mutu pendidikan menurut dr W Edward Demings secara berkelanjutan  masyarakat beberapa hal sebagai berikut:
1.  Reaksi berantai untuk perbaikan kwalitas produk
yakni peningkastan reaksi kepuasan masyarakat dalam hal intelektual dan moral pada siswa yang siap hidup dimasyarakat modern dengan kwalitas kerja dan akhlak yang baik sesuai bidangnya.
2.  Transformasi organisasi
Yang menyangkut perombakan proses kerja dan struktur kewenangan dalam organisasi pendidikan.
3.  Peran esensial pemimpin
Kepemimpinan mempunyai peran strategis dalam upaya perbaikan kualitas sebab perbaikan yang tidak didukung secara aktif oleh pemimpin yang transformasioanal, komitmen, kreatifitas maka upaya perbaikan tersebut akan hilang.
4.  Hindari praktek-praktek manajeman yang merugikan diantaranya:
Tidak adanya tujuan yang tetap dan tepat, hanya memikrkan keuntungan jangka pendek dan sering berganti-ganti kegiatan..
5.  Penerapan Sytem of  Profound Knowledge yang meliputi orientasi pada system (focus pada kinerja keseluruhan organisasi pendidikan ), teori vaiasi data untuk menggunakan data dalam proses pengambilan keputusan, teori pengetahuan untuk menggembangkan dan menguji hipotesis (praduga) guna memperbaiki kinerja organisasi dan yang terakui. Psikologi untuk mengetahui perbedaan individu dalam organisasi pendidikan, proses belajar mengajar dan proses perubahan guna mencapai perbaikan kualitas.

Minggu, 23 September 2012

Posted by Unknown On 16.16 0 komentar

Akhirnya Koe MenemukanMu….!!!


Dunia malam, minuman keras, narkoba dan pergaulan bebas adalah kehidupan nayla dan kawannya, nayla adalah anak seorang pengusaha yang sukses dikotanya, tapi, setelah orang tuanya mengalami gulun tikar dab perceraian, semua oergi meninggalkannya, teman, pacar bahkansahabatnya tidak lagi mau menerimanya
“hay bro….” nayla menyapa teman-temannyadi Diskotik yang sedang asyik berpesta miras, tapi, semua gak ada yang mehiraukannya.
“kalian semua ini kenapa sih, kayak gak kenal gue ajah…”
“eh, kita semua ney udach gak kenal sama loe lage, kenapa? Soalnya loe sekarang udah gak punya apa-apa alias miskin, betul gak temen-temen?” jawab siska.
“yo’i…” jawab mereka serentak tanpa memperdulikan nayla yang bingungdengan sikap mereka.
“Andrey….. dimana andrey “ nayla mencoba bertanya.
            “cari ajach ndiri…..!” jawab dani.
Nayla pun mencari andrey, di tempat biasanya dia bersama andrey
“Andrey…..!!” nayla kaget ketika melihat andrey bersamaan dengan cewek lain.
“kurang ajar kamu, siapa dia ??”
“pacarQ yang baru, emang napa??” jawab andrey dengan entengnya.
“truz bagaimana dengan hubungan kita?”
“kamu sekarang udah gak punya apa-apa lage, ya udahb berarti hubungan kita sampai disini, rugi dong gue pacaran ma loe g dapat apa-apa. “jahat loe ndrey” nayla melayangkan tangannya ke pipi andrey.
“udalah….. sebaiknya sekarang loe pergi dan jangan ganggu gue lagi coz gue udach gak punya urusan lagi sama loe, ngerti ??”
Nayla pun tidak bisa menahan tangisnya, dia lari dan pergi  meninggalkan diskotik dan berjalan entah kemana, dan tiba…tiba…
“BRAAAAAAAAAAK….!!!”
“masya Allah….. siapa itu pak???” tanya azam kepda pak jeck supirnya.
“cewek mas, tapi bapak gak tau”
“ya udach ayo kita tolong pak…!!”
“tapi, mas azam udach ditunggu abah dan umi di rumah”
            “ya saya tau pak… tapi kita harus nyelametin gadis ini dulu….”
Azam pun keluar mobil dan betapa kagetnya ketika melihat seorang cewek berpakaian sangat minim telah pingsan.
“pak, ayo kita bawah ke rumah sakit”
“iya mas…”
Mereka pun membawa nayla ke rumah sakit untuk segera mendapatkan perawatan. Azam dan pak jack menunggunya di ruang tunggu.
***
“azam koq belum nyampek rumah juga bah.. padahal uda berapa jam di perjalanan” tanya uminya azam kepada abahnya.
“umi tenang ajach… bentar lagi juga juga sampek rumah… lha wong sama pak jack lo mi…!!!”
“tapi umi uda kangen bah….. udah kuliyah 4 tahun di yaman gak pernah pulang, sekarang waktunya pulang, sekarang waktunya pulang koq pakek telat. Umi ngara gak anak. Abah telf ge… tanya sekarang dimana.
“enggeh-enggeh mi…”
***
Kring…kring..kring.. HP azam berbunyi…
“Assalamu’alaikum abah…”
“Waalaikum salam…. Kamu sekarang dimana zam? Umi’mu lho kawatir…!!”
“kulo tasek jalan-jalan bah… umi’ mboten usah khawatir, besok pagi insya Allah dah nyampe’ rumah koq bah” azam terpaksa berbohong karena tidak pengen orang tuanya khawatir.
“o…. ya dah.. ati-ati yo zam…”
“Geh bah…!!!”
Setelah menutup telponnya, doktor yang merawat nayla keluar
“bagaimana dok keadaannya..?”tanya azam
“tenang aja mas,dia baik-baik ajach.. besok juga udah boleh pulang”
“makasih ya dok… boleh saya melihatnya??
“silakan.. tapi dia sekarang maih tidur, nanti kalau udah bangun jangan diajak banyak bicara dulu apalagi bergerak..”
“iya dok.. terima kasih…”
Azam dan pak jeck pun masuk dan menungguinya… tiba-tiba nayla tersadar .
“Aku dimana? Truz kalian koq bisa ada di sini?”
“Alhamdulillahkamu uda sadar nayla. Sekarang kamu istirahat yach dulu, jangan banyak bergerak” jawab azam.
“lho, kamu koq tahu namaQ dan aku… koq bisa disini??”
“sebelumnya kami minta maaf, tadi malam kamu tabrakan mobil kami, dan masalah nama, aku tau dari KTP kamu yang ada di tas”. Azam mencoba menjelaskan.
“kenapa kalian selametin aku… bierin aja aku mati, sekarang udah gak ada gunanya aku hidup, udah gak ada ynag peduli sama akulagi” jawab nayla sambil menahan tangisannya
“kata siapa gak ada yang sayang sama kamu” tanya azam
“buktinya sekarang, semua ninggalian aku dan gak ada yang peduliin aku…”
“ada yang selalu sayang kamu nay..”
“Siapa..?? dimana dia sekarang..??”
“Allah… dia selalu sayang sama kamu, meskipun kamu udah ninggalinya! Dan Allah akan selalu sayang  jika kamu mau kembali kepadanya”
“bantu aku untuk kembali kepadanya” pinta nayla sambil menahan tangisnya.
“insya Allah, saya akan membantumu…”
Setelah dokter mengizinkan nayla untuk dibawah pulangdan semuanya telah diurus, mereka pun pulang ke rumahnya azam.
***
Sesampainya di rumah azam, nayla pun melihat tulisan yang terpampang dan asing baginya.
“yayasan pondok pesantren “Darul Dakwah” tempat apa ini?” bathin nayla.
“Kamu harus memakai ini dulu ya sebelum masuk nanti !” pinta azam sambil menyodorkan kerudung putih yang sengaja telah dibelinya.
”assalamualaikaum….” Azam memberikan salam kepada abah, umi dan sebagian santri yang sudah menunggunya.
“wa’alaikum salam…” jawab mereka dengan senyum dan betapa terkejutnya mereka ketika melihat wanita yang dibawah gus azam.
“Ya Allah… umi kangen nak…??”
“nggeh mi’…” azam nggeh kangen…”
“Azam ! sini kamu sebentar nak !!!” abah memanggilnya ke ruang tengah.
“sopo toh zam? koq dari yaman gowo cah wedok..??” Tanya abahnya.
azam pun menjelaskannya…
“yowes lah, suruh santri putri bawa ke pondok”

***
“he arek”. Ngerti gak ? gus azam dari yaman yahmil mar’ah jamillah jiddan reek….!” Dengan logat bahasa pondoknya, irul ngomong ke temen-temen kamarnya.
“eh mozok cheee….?” Badrus menaggapinya.
“tenan reek…” mozok gak percaya ma’I kapan che aku mbujuk leg masalah ngene…”
Mereka pun membicarakannya. Tapi, di pojok kamar ada santri yang ketinggalan berita, dia lagi asyik dengan bantal kesayangannya.
“amin…” panggil anak-anak kamar tadi.
“eh, tangi brow…. Gus azam udah pulang lho, yahmil mar’ah jamillah jiddan” ikhsan menghampiri dan membangunkannya.
“ah, paleng sek ajmal wisadati….” Jawab amin sambil melanjutkan tidurnya.
“how…. Ancen kebo…” seru nak kamar, sambil melempari amin dengan bantal.
***
“maaf mbak, lauk seadanya, namanya juga di pondok, katanya abah di pondok harus tirakat” kata ima ketika ngajak nayla makan.
“gak apa-apa ko’…” jawabnya nayla.
“disini lauk nahwu-shorof udah jadi menu pokok. Hehehehe..!” ima menambahkan tahu-tempe di piring nayla. Nayla hanya tersenyum karena kurang paham dengan bahasa pondoknya ima.
“apa itu tirakat, ko’ dibilang nahwu-shorof cee..kan udah jelas-jelas itu tahu-tempe” (bathin nayla)
“Mbak ima… mbak nayla… dah slesai ta ta’kulnya?” Tanya nia.
“bentar lagi… emang kenapa?” Jawab ima.
“itu, mba’ nayla ditunggu abah di ndalem”
***
“Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikum salam…melbuwo nduk..” suara abah dari dalam rumah dan abah pun menemui mereka.
“gimana nayla. Udach krasan ta??” Tanya abah ke nayla.
“ya…minta do’anya saja bah…” jawab nayla. Mereka pun berbncang-bincang, dan nayla diberi nasihat banyak dari abah.
“kholas im, ajaken ke ma’had, ajarono. Nek butuh opo-opo bilang, gak usah sungkan-sungkan …” pinta abah.
“gah bah… matur suwun !!!” jawab iima dan nayla.
Mereka pun kembali ke pondok melanjutkan kegiatannya.
***
Tak terasa sudah hamper satu bulan nayla di pondok itu, dia sudah mulai beljar sholat, membaca al-qur’an , fiqih dan ilmu-ilmu lainya. Nasihat-nasihat dari abah, ustad dan ustdzah memotivasi dirinya untuk menjadi nayla yang lebih baik, nayla juga mengikuti pelajaran diniyah yang diajar oleh azam sendiri. Dia bisa menghatamkan hafalan imrithinya lebih dulu dari pada temen-temennya, dia juga sudah bisa membaca kitab. Gus azam diam-diam menaruh hati ke nayla. Tapi, dia tidak mau mengungkapkannya, karena menurutnya belum waktunya untuk masalah itu.
Di ruang tengah , azam, umi dan abahnya berbincang-bincang…
‘piye zam diniyahe nayla?” Tanya umi’.
“Nayla mahir jiddan mi’… hafalan imrithinya juga dah selesai duluan dari peda temen-temenya , baca kitabnya juga lumayan” azam menjawabnya.
“mungkin dulu sekolahe yo pinter, Cuma kurang pendidikan agamae, jadine yo salah pergaulane” tambah abah.
“dikulyahake bah.. sa’aken gak kuliyah, temen-temene khan podo kuliyah” umi mengusulkan.
“menurutmu kaifa zam..?”
“gah sak kerso umi kaleh abah mawon”
“Yo wes  Lh leg ngunu… pangil nayla ja ke sini sekarang…” kata abah.
Nayla dipanggil ke ndalem, setelah berbincang-bincang dengan nayla, keputusan pun dapat diambil.
“yo wes, sesok kamu sudah bisa kuliyah, ben azam seng ngurus pendaftarane”
“geh bah.. matur suwun, nayla balik ke pondok dulu geh…”
“he’em..”
***
“mabak nayla… udah siap berangkat kuliyah ta? Temen-temen udah pada nunggu lho…” panggil ima dari luar kamar.
“iya mabk… ba’din”
Mereka pun berangkat bersama, sesampainya di kampus, nayla berkenalan dengan temen-temen barunya.
“Mahasiswa baru ya mbak.. kenalan ismy hildah, masmuki? Sambil mengulurkan tangannya.
“Nayla…” mereka bersalaman.
Tiba-tiba pak rosyad, dosen inkafa yang ngajar ihya’ ulumuddin dijurusan PAI masuk ke kelas. Setelah salam dan mengabsen semua mahasiswi  pak rosyad bertanya ke nayla.
“sampean anak baru ya….? Siapa namanya?
“iya pak.. nama saya nayla dwi anggreini..”
“wah.. namanya kayak artis ajach. Ya udah baca mbak…”
Nyla pun membaca kitab ihya’ itu dengan lancer, mungkin hanya sebagian kecil mengalami kesalahan.
“Anak pondokan ya mbak…?” Tanya pak rosyad
“iya pak, pondok darul dakwah” sahut anak yang lain.
“oh.. uda bagus bangetz  bacanya mbak, ya udah makasih mabk..”
Tet…tet…tet… bel pulang kuliyah, mereka pun pulang bersama, Hilda pun ikut naylah dan temen-temen ke pondok, sesampainya di depan ndalem mereka ketemu sama gus azam.
“Nay.. kaifa kuliyahe?” Tanya azam.
“wah, hebat banget gus, masuk hari pertama kuly udah disuruh baca kitab ihya’ lancer lagi” sahut ima.
“Wah..wah..wah.. hebat donk. Semangat terus ya nay….”
“Gus azam, kaifa haluk..? wah yang dari yaman yeek… masih ingat ta ma aku? Sahut neng Hilda.
“oh.. neng Hilda… bichoir wal hamdulillah neng…!
“Abah dan umi’ ada ta gus…? Tanya neng Hilda.
“ada di ndalem, silakan masuk…”
“nayla anterin aku ke ndalem ya…”
“geh neng..”
***
“Assalumu’alaikum… abah.. uami…”
“Wa’alaikum salam…. Ya Allah Hilda, ko’ suwe gak kesini…”Tanya umi.
“ngapunten mi… Hilda di rumah repot..”
Mereka berbincang2 akrab sekali, karena antara kedua orang tua Hilda sudah akrab dengan keluarganya gus azam. Setelah berbincang2 lumayan lama Hilda pun pamit pulang….
***
Waktu terus berjalan , tak terasa 4th sudah nayla kuliyah, dia juga semakin banyak pengetahuan tentang agama. Hubungan sama Hilda semakin akrab, Hilda juga sering maen ke pondok. Sedangkan azam dia masih menyimpan rasa untuk nayla. Ketika nayla mau piket ndalem tak sengaja nayla mendengarkan pembicaraan antara azam, abah, dan uminya.
“Zam.. Hilda dah mau lulus kuliyahe... besok kalau dia dah lulus kamu harus segera menikahinya…”
“gak uash tapi2an . pokoke kamu harus menikah dengan Hilda.”
“apa… gus azam mau menikah dengan neng Hilda…. sahabatQ sendiri… ya Allah kuatkan hamba ya allah…(bathin nayla) setelah membersihkan ndalem, nayla kembali ke kamarnya .
“Mbak nayla…” panggil nia dari luar.
“limadza mbak…” nayla keluar…
“tud’a gus azam di sebelah ndalem. Sampeyan ditunggu…
***
“wonten nopo gus, ko’ manggil kulo ??”
“Aku pengen ngomong sesuatu ke kamu, boleh ta?
“geh boleh2 mawon lho gus…”
“Nay… aku dijodohin sama Hilda, besok setelah Hilda wisuda, aku diutis abah untuk menikah dengannya.”
“oh.. sama neng Hilda thu… ya bagus donk gus… dia sudah pinter, cantik, baik, anaknya yai juga. Sama kayak sampean…..” jawab nayla, meskipun harus menahan tangis dalam hatinya.
“tapi masalahnya nayla… aku gak sayang sama dia…”
“Gus, pilihan orang tua sampean adalah yang terbaik, yang penting ridlo orang tua, kalau orang tua kita ridlo, insya Allah, Allah juga ridlo kepada kita, itu kan yang pernah gus azam bilang ke nayla”.
“iya nayla.. aku ngerti.. masalahnya… Allah menganugrahkan persaanQ kepada kamu. Aku saying kamu nay… udah dari dulu aku menyimpannya.”
“Gus, sampean lebih pantas sama neng Hilda, nayla ga’ punya apa-apa buat sampean. Maafin nayla gus… maaf”
Nayla pun ninggalin gus azam sendirian. Seharian peneuh nayla ga’ keluar kamar, apalagi ngomong sama temen2nya, dia hanya bisa menagis dan menagis di kamarnya.
***
“Nay… aku boleh gak pinjem skripsi kamu, aku masih binggung banget nech…” pinta neng Hilda.
“iya neng… sampean bawa aja dulu” sambil memberikan skripsinya ke neng Hilda.
“eh neng.. aku ke hamam dulu ya… kebelet nech…” pinta nayla.
“siiiiiiip….heheheh….”
Nayla meningalkan neng Hilda di kamar sendirian, sambil melihat sekripsinya nayla, Hilda tak sengaja menemukan kertas dan ia pun membacanya.
“Ya Allah….
Inikah yang engkau tuliskan kepada hamba.
Selama ini hamba menitipkan perasaan hamba.
Untuknya kepada-mu
Tapi sekarng, engkau memberikannya kepada orang lain sahabatQ sendiri.
Jika itu yang terbaik bagi hamba. Kuatkan hamba ya Allah….
Mas azam…. Semoga engkau bahagia bersama neng Hilda…”
“apa… nayla suka sama mas azam… ya Allah” bathin Hilda.
Neng Hilda segera menyembunyikan kertas itu ketika nayla datang.
“afwan ya neng…. Thulas zaman jiddan”
“ah.. la ba’sa..”
“zdah ney… aku mau pulang dulu…”
“o… ya neng… syukron dah mau nyambang aku…. Heheheheh…”
“afwan ney….”
***
Skripsi, ujian munaqosah, dah selesai dan sekarang hari wisuda nayla, dimana hari itu juga pernikahan neng Hilda dang us azam. Nayla berbahagia, karena dia lulus dengan nilai mumtaz, temen2nya, abah, umi, dang us azam memberikan selamat kepadanya. Tapi disisi lain dia menangis, karena setelah acara wisuda, doa harus menghadiri pernikahan gus azam.
“Azam kamu sudah siap nak?” panggil umi’ dari luar kamarnya.
            “iay mi’… bentar…..”
Azam keluar dengan pakaina pengantinnya, menjadikan ia terlihat berbeda dari biasanya, dan dia menghampiri keluarganya neng Hilda yang sudah menunggunya untuk melakukan akad nikah…
“ya Allah semuanya sudah siap, tinggal ijab qobulnya, mereka kan menjadi suami istri” bathin nayla.
“ok ! semuanya sudah siap, mari kita mulai acaranya..” kata pak penghulu.
“Saya mau menikah dengan gus azam” suara neng Hilda di tenggah acara akad nikah itu, semuanya kaget, begitupun nayla.
“Hilda apa maksud kamu ?? sahut umi’nya.
“Karena Hilda gak mau mi’ bahagia, sedangkan ada orang lain yang menangis” Hilda menuju ke arah nayla.
“nayla, aku tahu kamu sayang sama mas azam, begitupun mas azam, dia juga sayang sama kamu, iya khan. Tolong nay… jangan bohongi aku lagi. Menikah dengan dia nay… aku pengen melihat kamu bahagia”
“mboten neng….”
“Nayla… kali ini ajach turutin kemauanQ. Selama ini kamu yang selalu nurutin aku” neng Hilda mengajak nayla ke gus azam.
“Gus… saya tahu sampean juga sayang ke nayla. Bahagiakan dia gus…”
“tapi hil…”
“udah lah… Hilda gak papa ko’ mas azam.”
Ahirnya nayla dan gus azam menikah, para undangan turut berbahagia, abah, umi, dan santri lainya menghadiri acara itu. Senyum terlihat di wajah nayla dan gus azam.
“Ya Allah…
Akhirnya aku menemukanmu…
Aku juga menemukan ihsan.mu
Yang mampu membimbingku menuju jalan-mu.
Terima kasih atas rahmat-mu
Ya Allah….

By : Fitrotun Nisa’